Berlomba Meraup Suara Terbanyak

dikutip dari eramuslim.com
Kamis, 05/02/2009 06:51

Salah satu nilai di dalam dunia modern dewasa ini yang sering menyesatkan seorang muslim ialah anggapan bahwa suatu kebaikan ditentukan oleh ramai atau sedikitnya orang yang mendukung nilai tersebut. Jika nilai tersebut sudah populer di tengah masyarakat, maka orang mengatakan bahwa nilai tersebut bersifat positif. Nilai tersebut akan didukung dan disebarluaskan.

Akibatnya semakin cepatlah tersebarnya nilai-nilai kemungkaran di tengah masyarakat sebagaimana juga semakin cepat tersebarnya nila-nilai ma’ruf. Masalahnya ialah dewasa ini nilai-nilai kemungkaran jauh lebih mudah ditemukan daripada nilai-nilai ma’ruf. Artinya, banyak sekali nilai-nilai mungkar menurut Islam yang sudah menyebar di tengah masyarakat. Sebaliknya, sedikit sekali nilai-nilai ma’ruf menurut Islam yang sudah difahami dan diterima masyarakat.

Misalnya, soal hubungan antara pria-wanita bukan muhrim. Di tengah masyarakat telah umum diterima bahwa tidak ada masalah jika dua orang pria-wanita bukan muhrim bepergian berduaan alias berpacaran. Karena hal ini telah dianggap biasa, akhirnya banyak orangtua muslim yang memandang biasa jika anak gadisnya bepergian berduaan dengan lelaki bukan muhrimnya. Yang penting jangan sampai berzina. Berzinapun diartikan sebagai melakukan hubungan sebadan layaknya suami-istri. Jika berpacaran itu baru ”sebatas” berpegangan tangan, maka tidak mengapa. Bahkan jika sampai berciuman dan berpelukanpun tidak mengapa. Asal yang penting jangan sampai bersetubuh. Bahkan belakangan ini nilainya menjadi lebih liberal. Baiklah, jika memang harus terjadi juga hubungan sebadan, yang penting jangan sampai hamil di luar pernikahan. Sehingga sebagian orangtua muslim modern mulai menasihati anak gadis mereka bila pergi berduaan dengan pemuda non-muhrim: ”Anakku, jaga diri dan jangan lupa membawa alat kontrasepsi ya.”

Bahkan dianggap aneh bila ada pemuda ingin menikah dengan pemudi tanpa melewati proses berpacaraan. Mereka berdua akan dianggap nekat karena belum cukup saling mengenal satu sama lain. Padahal begitu banyak lelaki yang telah gonta-ganti pacar dan telah begitu jauh saling ”berkenalan” namun tidak kunjung meningkat ke jenjang pernikahan. Alasannya karena ”belum cukup saling mengenal satu sama lain” atau ”ternyata tidak cocok satu sama lain” sehingga putuslah hubungan antara keduanya. Akibatnya, nilai Islam yang memiliki semangat ”menyegerakan dan memudahkan pernikahan” tidak mendapat dukungan sebagaimana mestinya. Sementara nilai jahiliah yang memiliki semangat ”berpacaran alias berzina” justru dilestarikan dan ditumbuh-suburkan...!!!

Contoh lain ialah apa yang terjadi pada dunia politik. Sedemikian bersemangatnya para politisi Muslim ingin memenangkan permainan demokrasi, sehingga daya kritis mereka terhadap sistem dan mekanisme demokrasi liberal-barat menjadi tumpul. Mereka hanya ikut begitu saja dengan arus permainan yang banyak berlaku di tengah masyarakat. Bila para politisi sekuler mengkampanyekan dirinya tanpa rasa malu dan sikap rendah hati, maka para politisi muslim-pun berkampanye sama dan sebangun dengan cara para politisi sekuler tersebut. Bermunculanlah gambar wajah-wajah di tiang listrik dan pohon-pohon yang dihiasi dengan aneka sanjungan dan pujian terhadap diri sendiri. Jujur-amanah-berani. Siap memperjuangkan aspirasi rakyat. Bersih-peduli-profesional.



Saudaraku, di dalam Islam tidak dikenal adanya kebiasaan memuji diri sendiri. Bahkan seorang sahabat Abu Bakar Ash-Shiddiq langsung berlindung kepada Allah ketika ada orang-orang menyanjungnya.

اللََّهُمَّ اغْفِرْلِي مِمَّا يَقُولُون وَ اجْعَلْنِي خَيرًا مِمَّا يَظُنُّون

“Ya Allah, aku mohon ampun (kepadaMu) atas ucapan (sanjungan) mereka dan jadikanlah aku lebih baik dari apa yang mereka sangka.”

Jadi, jangankan seorang muslim memuji dirinya sendiri. Sedangkan jika orang lain memuji dirinya saja sepatutnya ia langsung memohon ampun kepada Allah, sebab orang-orang beriman hanya pantas memuji Allah semata. Segenap kemuliaan, puja dan puji, keagungan dan kebesaran hanyalah milik Allah. Semua manusia pada hakikatnya hanya memperoleh ni’mat dari Allah. Mereka hanya bisa berhasil jika Allah izinkan untuk berhasil. Maka alangkah naifnya bilamana kehidupan perpolitikan suatu masyarakat diwarnai oleh pemberian pujian setiap orang terhadap diri atau kelompoknya sendiri.

Saudaraku, marilah kita senantiasa hidup hanya dan hanya untuk mengejar keridhaan Allah. Jangan hendaknya banyaknya suara dan dukungan menjadi tolok ukur tunggal dalam meraih keberhasilan dalam hidup dan kehidupan di dunia fana ini. Sebab belum tentu yang ramai pendukungnya pasti diridhai Allah. Demikian pula sebaliknya, belum tentu yang sedikit pendukungnya berarti jauh dari rahmat dan ridha Allah. Apalagi ketika kita sadar bahwa zaman yang sedang kita jalani dewasa ini merupkan zaman penuh fitnah dimana kebanyakan perkara ma’ruf menurut Islam dipandang kuno, jadul dan ketinggalan zaman. Sedangkan banyak kemungkaran menurut Islam justru diartikan sebagai indikasi modernitas, kemajuan dan keluasan wawasan berfikir.

Betapa benarnya firman Allah di dalam Al-Qur’an ketika dikatakan:

قُلْ لَا يَسْتَوِي الْخَبِيثُ وَالطَّيِّبُ وَلَوْ أَعْجَبَكَ كَثْرَةُ الْخَبِيثِ

فَاتَّقُوا اللَّهَ يَا أُولِي الْأَلْبَابِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ

“Katakanlah: "Tidak sama yang buruk dengan yang baik, meskipun banyaknya yang buruk itu menarik hatimu, maka bertakwalah kepada Allah hai orang-orang berakal, agar kamu mendapat keberuntungan." (QS Al-Maidah ayat 100)



وَإِنْ تُطِعْ أَكْثَرَ مَنْ فِي الْأَرْضِ يُضِلُّوكَ عَنْ سَبِيلِ اللَّهِ إِنْ يَتَّبِعُونَ إِلَّا الظَّنَّ وَإِنْ هُمْ إِلَّا يَخْرُصُونَ إِنَّ رَبَّكَ هُوَ أَعْلَمُ مَنْ يَضِلُّ عَنْ سَبِيلِهِ وَهُوَ أَعْلَمُ بِالْمُهْتَدِينَ

”Dan jika kamu menuruti kebanyakan orang-orang yang di muka bumi ini, niscaya mereka akan menyesatkanmu dari jalan Allah. Mereka tidak lain hanyalah mengikuti persangkaan belaka, dan mereka tidak lain hanyalah berdusta (terhadap Allah). Sesungguhnya Tuhanmu, Dia-lah yang lebih mengetahui tentang orang yang tersesat dari jalan-Nya dan Dia lebih mengetahui tentang orang-orang yang mendapat petunjuk.” (QS Al-An’aam ayat 116-117)

Ya Allah, masukkanlah kami ke dalam golongan orang-orang yang senantiasa menghalalkan apa yang Engkau halalkan dan mengharamkan apa yang Engkau haramkan. Ya Allah, janganlah Engkau masukkan kami ke dalam golongan orang-orang yang lebih mengutamakan ridha manusia daripada ridha Engkau. Ya Allah, masukkanlah kami ke dalam kelompok yang sedikit asalkan dalam ridhaMu daripada masuk ke dalam kelompok yang ramai namun jauh dari rahmat dan ridhaMu.... Amin ya Rabb...

Benarkah Kemewahan Menyebabkan Praktik Korupsi?

Gaya hidup pejabat yang penuh dengan kemewahan akan menyebabkan terjadinya praktik-praktik korupsi. Karena itu, mulai dari presiden, menteri anggota DPR, sampai ke tingkat jajaran kepala daerah harus meneladani kesederhanaan.

Demikian kesimpulan, analis keuangan dan perbankan, Yanuar Rizky, dan Koordinator Forum Masyarakat Peduli Parlemen Indonesia, Sebastian Salang. (Kompas, 16/11). “Life style menjadi resiko bawaan perilaku korup DPR dan Pejabat”, tambahnya.

Menurut Yanuar, hal ini juga terkait dengan karakter pejabat dan untuk mengubah hal ini harus dimulai dari para pemimpin. Yanuar memberikan contoh apa yang dilakukan Presiden Franklin Delano Roosevelt, satu-satunya presiden Amerika Serikat yang terpilih sampai empat kali. Dalam memulihkan Amerika dari krisis yang sangat hebat itu, Roosevelt memulainya dengan memperbaiki karakter bangsa Amerika.

Sementara itu, Sebastian Salang, menilai bahwa nilai-nilai kesederhanaan sudah tidak ada lagi, mulai di partai politik, pejabat, anggota DPR, bahkan sampai di sekolah-sekolah. Hal itu terlihat dari banyaknya orang-orang yang berlomba-lomba dalam memamerkan kemewahan mereka.

Dalam penentuan calon anggota DPR pun seringkali melihat hanya dari sisi uang, bukan perjuangan yang mereka telah lakukan di tengah-tengah masyarakat yang menjadi ukurannya. Dengan demikian, banyak calon yang berlomba-lomba memperlihatkan diri sebagai orang yang seolah-olah punya uang banyak. Banyak anggota DPR atau pejabat sekarang ini yang malu menggunakan kendaraan umum.

Menurut Sebastian, mulai dari presiden, menteri, DPR, DPD, sampai kepala daerah dapat meneladani pola hidup sederhana. Presiden dan menteri, misalnya dapat meneladani memotong dana taktis atau biaya protokoler, yang jumlahnya lumayan, dan dapat digunakan untuk membantu orang-orang miskin, yang sekarang jumlah semakin banyak. DPR juga dapat bersikap dengan menggunakan mobil yang tidak mewah, kala sedang menjalankan tugas. Tapi, menurut Anggota DPR dari PDIP, Eva Kusuma Sundari, memang tidak mudah melaksanakan hidup sederhana. “Anakku juga yang kelas I SMP suka protes. ‘Maka tidak terlihat seperti pejabat, bajunya terlalu sederhana”, kata Eva.

Memang, jumlah orang yang miskin masih banyak, dan kalau melihat kehidupan di kampung-kampung sangat trenyuh, karena mereka tidak memiliki penghasilan tetap, dan terkadang mereka hanya bekerja serebutan, dan harus menanggung anak dan isteri, serta harus membiayai sekolah mereka. Banyak sektor imformal, yang gulung tikar, akibat krisis ekonomi beberapa tahun ini. Mereka belum memiliki alternatif untuk solusi, dan mempertahankan kehidupan mereka.

Tapi, yang memiliki shohibul hikayat, para menteri yang baru dilantik, beberapa hari, pemerintah sudah menyatakan akan menaikkan gaji mereka. Padahal, mereka sudah menikmati berbagai fasilitas pemerintah, mulai dari rumah, mobil, dana taktis departemen, dan lainnya, yang tidak sampai mereka akan kekurangan apa-apa selama lima tahun menjadi pejabat.

Memang tidak selayaknya, membandingkan para generasi Salaf dengan jenis manusia sekarang ini. Tapi, kiranya dapat menjadi cermin dan tauladan dalam menghadapi kehidupan ini. Salah satu yang menyebabkan melemahkan kehidupan, baik kolektif maupun individu, tak lain karena manusia terlalu cinta terhadap kehidupan dunia.

Penyakit 'wahn' telah merasuk dalam hati dan dada setiap umat, yaitu “Hubbud dunya wa kahariyatul maut”, (cinta dunia dan takut mati), maka seperti diungkap oleh Muhammad Natsir di tahun 80 an, umat Islam, yang jumlahnya banyak itu, tak lebih seperti ‘al husak’ (buih) dilautan. Banyak tapi buih, sehingga tak mempunyai arti apa-apa, dan tak dapat berpengaruh di dalam kehidupan.

Maka, kehilangan identitas, harga diri, kebanggan, tidak memiliki izzah, tidak lagi sensitif terhadap berbagai kehidupan yang fasad di sekelilingnya.

PENYEBAB HANCURNYA SUATU BANGSA

Seluruh komponen bangsa mengharapkan bangsa ini menjadi bangsa yang hidup dalam arti tumbuh berkembang menjadi bangsa yang berperadaban, berakhlaq, dan berkeadilan sosial bagi seluruh rakyatnya. Namun kecenderungan yang kita saksikan saat ini ternyata sangat bertentangan dengan apa yang kita inginkan. Hampir seluruh lapisan masyarakat mengalami proses degradasi moral. Padahal rusaknya moral atau akhlak itu menjadi penyebab hancurnya suatu bangsa.

Rasulullah saw pernah mengingatkan
Sesungguhnya diantara tanda-tanda datangnya kehancuran suatu bangsa ialah diangkatnya (didangkalkannya) pengetahuan agama, serta didukungnya sifat jahil (bodoh) tentang agama, diminumnya minuman keras secara terang-terangan dan dilakukan perzinaan secara meluas dan terang-terangan. [HR. Bukhari juz 1, hal. 28]

Kebodohan telah diperturutkan. Banyak anak dan remaja lebih memilih bersenang-senang daripada rajin belajar. Yang dewasa lebih memilih bersenang-senang di café, pub dan dikotek dari pada bekerja keras. Yang lain suka mengkonsumsi minuman keras dan narkoba. Minuman keras laku sangat keras tersebar dimana-mana. Di atas kertas dilarang, namun di lapangan dibiarkan meraja lela. Razia hanya sebatas formalitas, bukan untuk memberantas. Sedang perzinaan sudah sampai dalam tingkat yang sangat meresahkan. Kemajuan teknologi komunikasi banyak disalah-gunakan. Hanya dengan 350 rupiah mereka bisa mengirim pesan sms untuk berkencan. Banyak keluarga yang telah menjadi korban perzinaan. Padahal Rasulullah saw telah mengingatkan:

Apabila perbuatan zina dan riba telah terang-terangan di suatu negeri, maka penduduk negeri itu sudah rela terhadap datangnya adzab Allah pada diri mereka. [HR. Hakim]

Tidak ada seorangpun yang berani menyangkal bahwa di negeri ini zina dan riba telah terjadi dimana-mana. Banyak dilakukan secara terang-terangan dan lebih banyak lagi aygn dilakukans ecara sembunyi-sembunyi. Bahkan gedung DPR RI pun tidak steril dari kasus perzinaan. Bahkan disinyalir hal yang sama terjadi di lingkungan gedung-gedung pemerintahan. Kalau para pejabat bertabiat demikian apa yang bisa kita harapkan dari mereka untuk membangun bangsa. Sementara itu Allah swt berfirman (QS 17: 16):

Dan jika Kami hendak membinasakan suatu negeri, maka Kami perintahkan kepada orang-orang yang hidup mewah di negeri itu (supaya menta`ati Allah) tetapi mereka melakukan kedurhakaan dalam negeri itu, maka sudah sepantasnya berlaku terhadapnya perkataan (ketentuan Kami), kemudian Kami hancurkan negeri itu sehancur-hancurnya.

Di masa Orde Baru korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN) terisolasi pada lingkungan elit politik tingkat tinggi. Namun saat ini dari ibukota sampai ujung desa KKN telah menggurita. Banyak mantan anggota dewan, mantan gubernur, mantan bupati, bahkan mantan kepala desa yang masuk penjara. Sebenarnya mereka diseru untuk mentaati Allah demi kemuliaan diri mereka sendiri dan kejayaan bangsa. Namun mereka lebih memilih untuk mendurhakai Tuhan mereka Padahal kedurhakaan para pembesar negeri itu menjadi salah satu tanda di antara tanda-tanda kehancuran suatu negeri yang mestinya kita hindari.

Saudaraku, mari kita simak baik-baik akan tanda-tanda kehancuran suatu bangsa yang telah diajarkan Allah dan Rasulullah saw. Kemudian mari kita cocokkan dengan keadaan kita sekarang, sebagai langkah awal untuk melakukan perbaikan. Jangan kita bersikap acuh tak acuh, keselamatan bangsa ini tergantung bagaimana model kehidupan yang kita adopsi. Kejayaan bangsa kita tergantung pada keberhasilan kita membangun akhlaq bangsa kita sendiri. Tergantung bagaimana kita membangun kembali iman dan taqwa kita kepada Allah swt di tengah puing-puing kehancuran moral bangsa kita. Allah saw berfirman:

Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi,…… (QS 7: 96)

Jalan perbaikan menuju kejayaan bangsa terbuka lebar yakni dengan iman dan taqwa. Mari kita bersama-sama bergandeng tangan melangkah ke depan untuk memperbaiki kualitas iman dan dan taqwa kita masing-masing. Lupakan perselisihan, hindarkan pertengkaran, dan tinggalkan perbedaan di belakang. Kau dan aku adalah satu, saudara seiman yang satu terhadap lainnya haram darahnya, haram hartanya dan haram kehormatannya. Mari kita saling menjaga kehormatan untuk memperkokoh persatuan. Bersatu kita teguh bercerai kita runtuh. Allah saw berfriman:

Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali Allah, dan janganlah kamu bercerai berai ……(QS 3: 103)

Dengan difasilitasi oleh persatuan umat ini, kita akan lebih mampu berkarya nyata, beramal shaleh, berprestasi untuk kemajuan bangsa atas dasar iman yang benar. Dengan iman dan amal shaleh inilah kita dapat berharap akan janji Allah untuk memberikan kepada orang beriman dan beramal shaleh kekuasaan di muka bumi, meneguhkan Islam, dan menukar keadaan dari ketakutan menjadi aman sentausa.

Mari kita sibukkan diri kita untuk membangun iman dan takwa. Mari kita sibukkan diri kita untuk berkarya nyata dan beramal shaleh sebanyak-banyaknya. Mari kita sibukkan diri kita di dalam kebenaran dan menjauhi kebatilan. Imam Syafi’i pernah berpesan:

Idz lam tusyghil nafsaka bil-haqi, syaghalatka bil-bathili.

(Jika kamu tidak sibuk dalam kebenaran, niscaya kamu akan sibuk dalam kebatilan)

Kita manfaatkan waktu dengan baik dan benar. Kita manfaatkan semua potensi yang ada untuk kebaikan dan kebenaran. Semoga Allah meridlai semua amal kita dan menghindarkan bangsa kita dari kehancuran amin

dikutip dari MTA-online.com

Dongeng Rakyat Pengaruhi Masa Depan Anak

KOMPAS.com – Cerita atau bacaan yang dibaca oleh anak kita saat ini akan memengaruhi karakternya 25 tahun kemudian, apakah si anak itu cerdik, jujur, licik, serta berbagai karakter lain yang baik atau buruk dalam dirinya.

Untuk itulah, orang tua perlu pandai-pandai dan bijaksana memilihkan bacaan untuk anaknya. Demikian teori David McClelland tersebut dilontarkan oleh Renny Yaniar, Pemimpin Redaksi Majalah Anak Mombi, dalam diskusi ‘Cerita Rakyat Memperkaya Dunia Dongeng Anak’, Sabtu (21/6), di Jakarta.

Renny menambahkan, untuk teorinya itu McClelland mengambil sampel Inggris dan Spanyol, dua negara raksasa di awal abad ke-16. Dalam perkembangan selanjutnya, ujar Renny, Inggris terus menjadi negara maju, sebaliknya Spanyol malah mengalami kemunduran.

“Mengapa bisa begitu ternyata McClelland, psikolog asal Universitas Harvard, itu mendasari penyebabnya bahwa persoalan karakter anak-anak sebagai generasi penerus bangsanya adalah berlatar dari apa yang mereka baca,” ujar Renny.

Menurut McClelland, lanjut Renny, cerita dan dongeng-dongeng yang berkembang di Inggris pada masa-masa itu mengandung nilai-nilai optimisme yang tinggi (need for achievement), keberanian untuk mengubah nasib, serta sikap tidak gampang menyerah.

“Dongeng-dongeng itu ternyata telah menjadi virus yang mampu membuat anak-anak sebagai penikmatnya dipengaruhi sindroma ingin terus maju dan terus berprestasi tanpa kenal menyerah,” ujar Renny. “Sebaliknya, umumnya dongeng di Spanyol kebanyakan mengandung nilai-nilai komedi berunsur kecerdikan yang licik dan penuh tipu daya, seperti kisah si Kancil,” tambahnya.

Untuk itulah, Renny mengisyarakatkan perlunya orang tua zaman sekarang memilih bacaan yang baik untuk putra-putrinya, khususnya yang masih berusia dini. Cerita Rakyat, lanjut Renny, merupakan satu dari sekian banyak bacaan yang perlu menjadi pilihan bagi orang tua.

“Cerita rakyat itu imajinatif sehingga sangat baik untuk mengembangkan daya berpikir si anak, apalagi di dalamnya penuh mengandung pesan yang baik soal kejujuran, pantang menyerah, hormat kepada orang dan lain-lain yang selalu bersifat positif,” ujar Renny.

from kompas.com