Mampu Mengelola Bisnis Meski Berpendidikan Rendah

Jumat, 11/12/2009 07:48 WIB Cetak |  Kirim |  RSS

Jika Anda berjalan-jalan ke Pusat Grosir Ciliitan, mampirlah ke seberang Jalan Cililitan Besar. Hanya 100 m dari jalan utama, tepat di pusat berkumpulnya angkot menuju Halim, ada sederetan ruko di situ. Di sebelah pojok, ada sebuah salon muslimah, Madani, yang juga menjual berupa-rupa pakaian wanita. Pemiliknya adalah Nur, seorang muslimah yang jatuh bangun memulai bisnis. Yang menarik dari perjalanan sukses Nur adalah kenyataan bahwa dirinya yang tidak tamat SMP mampu mengelola bisnis hingga mampu hasilkan omset puluhan juta.

Dari Kuli Cuci Hingga TKI
Nur tak pernah menyangka jalan hidupnya seperti ini. Saat berusia 6 tahun, kedua orang tuanya wafat hanya berselang sepekan. Sejak itu, Nur kecil diangkat oleh keluarga Cina pengusaha pupuk Pusri. Meski dianggap sebagai pembantu, Nur bersyukur dapat mencicipi jenjang sekolah dasar hingga lulus. Setelah lulus SD, ia hanya sempat menikmati bangku sekolah menengah pertama selama tiga bulan untuk kemudian mengikuti angkatan Tenaga Kerja Indonesia. Selama enam tahun kemudian, Nur menjajaki pengalaman hidupnya sebagai buruh pabrik di Malaysia.
Sepulang dari Malaysia, Nur mengaku pernah menjadi petugas kebersihan di sebuah kantor pemerintahan bagian Imigrasi. Sebelum berangkat kerja, Nur mencuci pakaian dan menyetrika di perumahan dekat tempat tinggalnya. Dalam sebulan, ia mendapat upah Rp50 ribu untuk setiap rumah. Selang beberapa waktu, Nur menjajaki usaha untuk berjualan kue, baik kue basah maupun kering. Kue yang dibuatnya sendiri itu dijualnya keliling kampung dan ke pasar induk. Dari hasil jualan kue, Nur dapat menyisihkan uang sebesar Rp2,5 juta pada tahun 2004. Lalu, ia mencoba peruntungan lain dengan menggelar lapak di pasar gardu. Seluruh uangnya dibelanjakan barang dagangan berupa kerudung yang dibelinya di Tanah Abang.
Ada cerita menarik saat Nur memulai usaha tersebut. Berikut penuturannya. “Dengan modal itu, nekat beli terpal, kerudung murah harga Rp5 ribuan ke Tanah Abang. Nggak tahu tempat belanja grosir di mana, ikutin orang. Nggak tahu bahan, harga berapa, pasaran berapa. Nanya-nanya. Lama-lama belajar dari situ. Uang tadi dibelanjakan semua sama terpal. Langsung jualan, gimana supaya laku, obral-obral. Laris, alhamdulillah. Belanja satu kodi, abis, dibelanjain lagi dapat satu setengah kodi. Jadi, diputar terus ke dagangan,” ujar Nur bersemangat.
Sejak itu, Nur mengikuti berbagai pasar kaget yang diadakan di sekitar Jakarta Timur. Dari usahanya itu, ia sudah bisa mengumpulkan Rp2,5 juta untuk menyewa kios di pasar gardu selama setengah tahun. Meski hanya bermodal nekat dan banyak yang mencibir karena melihat dagangan Nur hanya sedikit dan dengan uang pas-pasan kok nekat menyewa kios. Namun, Nur tetap melenggang hingga pintu kesuksesan menghampirinya. “Pada suatu saat, memang sudah jalannya, aku beli baju stelan putih-putih, dipajang. Dari jalan memang bagus kelihatannya. Ada ibu-ibu rombongan pengajian dari TPI, Dzikir bersama Arifin Ilham. Ibu-ibu itu mau jalan-jalan lewat kampung, begitu lewat di depan kios, tertuju ke baju itu. Saya nggak punya stok, cuma satu itu. Tawar-menawar, ibu-ibu itu pesan 500 stel. Langsung gemetar. Itu jumlah yang besar. Lari ke wartel, telepon langganan. Menyanggupi dalam waktu seminggu, tapi dananya nggak ada. Beranikan diri ke si pemesan kalau nggak ada modal. Ibu itu memberikan DP, Rp500 ribu. Besok dilunasi. Itu kuasa Allah. Langsung lari ke Tanah Abang. Dapat untung Rp5 juta. Itu tahun 2005 pertengahan,” ungkap wanita berjilbab ini.
Begitulah, ibu itu kemudian menjadi langganan Nur dan mengenalkan Nur dengan pengusaha dari Malaysia dan Brunei. Usaha Nur semakin laris dan kebanjiran order, mulai dari mukena, gamis, kaos sablon, karpet, sampai souvenir. Nur mulai membesarkan usahanya dengan membeli kios di Pusat Grosir Cililitan. Saat itu, Nur juga sedang keranjingan perawatan di salon muslimah. Lama kelamaan, ia pun tertarik untuk terjun di bidang itu. Mulailah ia mempelajari bagaimana mengelola salon dan peralatan apa saja yang dibutuhkan. Atas kuasa Allah, Nur dapat membeli ruko di seberang PGC dan mendirikan salon muslimah 'Madani' di sana. Selain salon kecantikan dan perawatan untuk muslimah, di Madani juga tersedia pakaian muslimah dan asesorisnya.

Bagi Nur, kesuksesan yang dicapainya saat ini adalah buah dari kerja keras, keyakinan, dan kenekatannya dalam memulai usaha. Ia tak pernah melupakan saat ia sampai tidak makan karena barang dagangannya belum laku. Saat mengalami kepahitan itu, Nur selalu memohon kepada Allah swt, Sang Pemberi Rezeki, agar diberikan jalan. Selain itu, Nur juga rajin berpuasa Daud. Mungkin karena tawakkalnya kepada Allah swt, Nur pun diberi kemudahan hingga mencapai sukses seperti sekarang.
Masak juga merupakan hobi Nur. Tak heran, dalam waktu dekat, Nur berencana membuka restoran bebek goreng. Selain itu, ia juga memperluas usahanya dengan mendirikan satu lagi cabang salon muslimah di bilangan Jakarta Timur.
Keluarga, Naik Haji, dan Rezeki dari Allah
Apalagi yang diinginkan oleh Nur setelah mencapai sukses saat ini? Rupanya, ia dan suami berharap segera mendapat momongan. Awalnya, sang suami meminta Nur mengurangi aktivitasnya, namun, Nur selalu memberi masukan dan meyakinkan suaminya bahwa ia masih bisa menyeimbangkan perannya dalam rumah tangga. Sang suami pun menuruti keinginan Nur.
Selain momongan, Nur ingin segera menunaikan haji. Ia berharap dapat mengunjungi rumah Allah pada musim haji tahun depan. “Kalau plus, bisa berangkat sekarang. Tapi kalau plus, semua nikmat, saya ingin merasakan yang susah-susahnya, tantangan,” tutur Nur saat ditawari ONH plus.
Ya, dirinya yang suka tantangan justru tidak terlalu memusingkan persaingan bisnis. Baginya, semua sudah digariskan oleh Allah. “Meskipun kita nggak punya saingan, tapi jika Allah belum menghendaki memberi rizqi, itu nggak akan datang. Yang penting usahanya,” ujar wanita 32 tahun itu. Namun, Nur tetap rajin melakukan briefing setiap bulan bersama pegawainya yang saat ini berjumlah 27 orang. Nur selalu memberi masukan dan penyegaran bagaimana berkomunikasi dengan pelanggan dan jangan pernah menjelek-jelekkan produk dari pesaing. Mengenai strategi pemasaran, Nur pun tidak neko-neko. Ia memasang iklan di Yellow Pages dan Info Kramat Jati serta ingin merambat ke radio.
Nur yang sudah memiliki tujuh kios yang beromset Rp50 juta dalam sebulan ini merasa bangga karena melalui usahanya, ia dapat membuka lapangan kerja. Dengan demikian, ia merasa rezekinya semakin diperluas oleh Allah swt dan selalu diingatkan untuk bersyukur dan mengeluarkan sebagian rezeki bagi kaum dhuafa.

sumber : http://eramuslim.com/berita/info-bisnis/mampu-mengelola-bisnis-meski-berpendidikan-rendah.htm